Senin, 22 November 2010

Mutisme Selektif

Ketika sedang baca-baca artikel dari teman mengenai mutisme selektif, saya jadi teringat dengan blog saya mengenai cerita anakku.

Ya kurasa anak ini mengalami hal yang sama kali ya, beberapa belakangan terakhir ini terlalu banyak kejadian-kejadian yang terjadi, yang membuat diri saya semakin bergumul  tentang anak ini. Saya ingat ketika record mencongak anak ini sangat rendah, saya berinisiatif untuk membantu memberi tambahan kemampuan membilang agar dia dapat membilang dengan tepat. Alhasil dia hanya mau bicara kalo kondisi ruangan hanya tinggal saya dan dia, tetapi kalo ada orang yang lain di ruangan tersebut dia mulai mendiam dan membisu lagi. Dan sangat sulit untuk meminta dia membilang dengan bersuara.. >.<”

Beberapa hari yang lalu merupakan hari-hari ulangan untuk anak kelas 1. Tidak seperti biasanya anak perempuan ini, bertingkah tidak seperti biasanya. Saya tahu benar ini karena dia sebelumnya tidak seperti ini. Tiba-tiba dia ngambek tidak mau sekolah dan tanpa menangis tapi hanya aksinya yang membisu dan membatu diam tidak mau masuk kelas. Asumsi guru-guru, anak ini takut ulangan. Dan ternyata benar setelah dengan sangat susah payah untuk dapat mencari tahu alasannya dia dan berkomunikasi dengan dia dengan berbagai cara (*susah bener! Bener2 susah karena dia tidak mau bersuara) akhirnya dengan berbagai cara diketahui kalau dia tidak belajar dan takut untuk ulangan. Membujuk dan memotivasinya pun ternyata sulit, karena anak ini tidak mau berkomunikasi dengan saya..  *Zzzzz…. Bikin geregatan.. Tuhan give me more.. more.. patient…
  
Beberapa guru menyarankan agar anak ini diajak bicara personal, ketika diajak bicara personal. Awal-awal bicara sangat sulit untuk dapat berkomunikasi dengan dia, walaupun kami sudah kurang lebih sudah 5 bulan bersama-sama di dalam satu kelas, tetapi setelah beberapa lama dikondisikan berdua maka komunikasi akan lancar kalo dia ingin berbicara dengan saya, atau kita hanya menggunakan bahasa isyarat saja (menganggukan kepala ato menggelengkan kepala). So far, mesti lebih banyak baca dan pendekatan dengan dia.. >.<

Berikut hasil dari rangkuman saya mengenai mustime selektif..  
(dari berbagai sumber) :

Mutisme Selektif adalah salah satu gangguan kecemasan pada anak, gangguan ini dicirikan dengan anak yang tidak dapat berbicara bila berada dalam lingkungan sosial padahal di tempat biasa anak dapat berbicara dengan sangat faseh/lancar. memilih tidak berbicara pada situasi – situasi tertentu ataupun orang – orang tertentu.

Dalam keadaan ini anak tidak bicara karena tidak mau bicara. Mereka dapat bicara pada saat sendiri, bersama kawan yang disukainya dan kadang-kadang dengan orang tuanya, tetapi tidak bicara di sekolah, di depan umum atau dengan orang asing. Lebih sering ditemukan pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Sering disertai gangguan penyesuaian diri, sangat tergantung orang tua, negativistik, pemalu, menarik diri. Keadaan ini dapat menetap beberapa bulan sampai beberapa tahun. 


Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu. Atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.

Anak Mutisme selektif mengalami kesulitan untuk merespon atau memulai komunikasi dalam situasi sosial karena rasa takut dan cemas untuk melakukannya. Rasa takut atau cemas ini diekspresikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Pada sebagian anak, ada yang menjadi sama sekali membisu atau tidak berbicara pada siapapun di situasi sosial, sedangkan yang lain mau berbicara hanya pada orang-orang tertentu atau berbicara dengan suara yang sangat pelan atau berbisik.

Perilaku Anak Mutisme selektif  menunjukkan tampilan sebagai anak yang sangat pemalu, ketakutan akan dipermalukan dalam situasi sosial, pencemas, terisolasi secara sosial, cenderung temper tantrum, berprilaku oppositional,moody, agresif, keras. Diluar berkomunikasi dengan verbalisasi standar, anak dengan gangguan ini mungkin akan berkomunikasi dengan gestures, mengangguk atau menggelengkan kepala, mendorong atau menarik, atau pada beberapa kasus dengan kata-kata tunggal, pendek dan tanpa suara.

Prevalensi terjadinya gangguan ini cukup kecil, berkisar antara 1-2 % dan data ini pun didapatkan dari hasil penelitian di luar negeri. Mutisme selektif umumnya lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki dengan rasio 3 : 1.
Mutisme selektif juga dikatakan sangat dekat hubungannya dengan gangguan kecemasan dan sebagai bentuk varian dari social phobia.

Dampak negatif dari gangguan mutisme selektif antara lain :
1. Mutisme selektif membuat kesempatan anak untuk berinteraksi menjadi terbatas, keterlambatan dalam   perkembangan kemampuan bahasa dan mengurangi keterlibatan dalam aktivitas sehari-hari di sekolah dengan murid yang lain .
2. mempengaruhi prestasi akademis, karena guru mengalami kesulitan untuk menilai kemampuan dan pemahaman terhadap materi karena anak mutisme selektif yang tidak mau berbicara.
3. membuat gangguan kecemasan menjadi semakin memburuk
4. menjadi depresi dan memunculkan gangguan kecemasan lainnya
5. penghargaan diri dan percaya diri rendah
6. Menolak sekolah (school refusal), prestasi belajar rendah dan kemungkinan berhenti sekolah
7. menjadi underachievement secara akademis dan di tempat kerja


Beberapa ciri yang menunjukkan seseorang mungkin mengalami Mutisme Elektif :
1. Kesulitan untuk berbicara di situasi sosial tertentu, misal sekolah.
2. Gangguan berkomunikasi ini bisa terjadi lebih dari 1 bulan (tidak hanya cuma 1 hari atau beberapa jam)
3. Ekspresi wajah kosong saat gelisah
4. Kurang tersenyum ketika cemas
5. Merasa canggung jika gelisah
6. Kesulitan kontak mata saat berinteraksi
7. Membutuhkan waktu lebih lama dari orang lain saat merespon pertanyaan
8. Tidak nyaman pada kondisi bising, gaduh, atau ramai orang
9. Over sensitif

Mengabaikan anak yang mengalami hal seperti ini bisa menciptakan perilaku yang mendarah daging yang pada akhirnya si anak akan semakin kesulitan untuk berekspresi secara verbal. 

Jika tidak diobati hal ini akan mengganggu akademis si anak, kehidupan sosial dan perkembangan emosional seperti : 
1. membentuk rasa cemas 
2. penarikan diri dari lingkungan sosial 
3. rasa rendah diri 
4. penolakan dan menurunnya hasil akademis atau prestasi baik di sekolah ataupun dunia kerja (kelak)
5. obat-obatan 
6. kriminalisme 
7. yang terburuk - bahkan bunuh diri

Fokus “penyembuhkan” pada seseorang yang mengalami ini adalah menghilangkan kecemasan, meningkatkan percaya diri terutama di lingkungan sosial. 
Mungkin membuat mereka nyaman tanpa berharap banyak mereka untuk berbicara justru akan menimbulkan kenyamanan tersendiri mereka untuk berkomunikasi secara wajar dan santai.

Saran ketika menghadapi anak atau seseorang seperti ini adalah :
1. Tetap berusaha berkomunikasi walaupun tidak mendapat respon
2. Melibatkan seseorang yang mutisme elektif ke dalam interaksi bersama orang lain dalam group kecil
3. Bertanyalah dengan pertanyaan yang bervariasi, sebaiknya tidak terlalu sering menatapnya dengan tatapan langsung dan tajam
4. Gunakan bahasa yang paling membuat ia nyaman - perhatian kata-kata yang biasa digunakannya
5. Menerima respon non verbal lain yang ia keluarkan - bahasa tubuh
6. Hargai upayanya walau masih minim - jauh dari harapan kita


Adapun penerapan terapi perilaku pada gangguan mutisme selektif dengan menggunakan pendekatan desensitisasi, pembiasaan dan positive reinforcement. Tipe desensitisasi yang diterapkan menggunakan fading therapy. Fading therapy adalah tipe desensitisasi dengan membuat rentetan kejadian-kejadian yang dimulai dari suatu situasi yang nyaman untuk anak, kemudian memperkenalkan secara bertahap situasi-situasi yang lebih sulit. Tipe pembiasaan dengan cara membiasakan anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya dan membiasakan anak bertemu dengan orang yang baru. Membiasakan anak bersosialisasi dengan teman sebaya dilakukan dalam 4 kali pertemuan dengan waktu 2 jam setiap kali pertemuan_ Sedangkan membiasakan anak bertemu dengan orang barn dilakukan selama 4 minggu, setiap minggu 3 kali pertemuan dalam waktu 2 jam setiap kali pertemuan. Sedangkan tipe reinforcement menggunakan pendekatan play therapy. Setiap respon yang sesuai dengan harapan diberikan positive reinforcement, tetapi punishment tidak diberikan pada respon yang tidak sesuai harapan. Positive reinforcement diberikan untuk semua bentuk komunikasi, termasuk ekspresi wajah dan gesture dan secara berangsur-angsur hanya berbisik dan berbicara normal. Bentuk positive reinforcement berupa pujian dan hadiah. 

Torey Hayden, salah satu referensi pengarang novel kisah nyata yang menceritakan kisahnya dengan anak-anak Mutism Selektif sekaligus saya belajar dari dia bagaimana mengahadapi anak-anak berkebutuhan seperti ini.

.... Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati. 1 Sam 16 :7


-d^^-








1 komentar:

fietry mengatakan...

syankx kbxkan mnusia hax mlihat apa yg ada ddpan mta,,,
tdak mnganlsa dngan prasaan apa yg orang lain alami,,,,
q sbgai sorang mtism bgaikn hdup sndri, mrsakan smuax sndrian,,