Minggu, 22 Juli 2012

Acceptance...


Sebuah empati tidaklah akan menjadi sebuah kehangatan yang memulihkan ketika rasa empati itu tidak diiringi dengan penerimaan.  Penerimaan merupakan kesediaan untuk menerima apa adanya dengan tidak melihat sisi kelemahan, kegagalan dan kesalahan seseorang sebagai sarana untuk menghakimi orang tersebut. Penerimaan menempatkan semua yang negatif pada konteks yang tepat, dengan melihat seseorang sebagai kesatuan pribadi yang utuh dan unik.  Penerimaan bukan berarti membenarkan atau menetralisir apa yang salah namun merupakan sikap positif yang menyatakan kasih.

Saya semakin mengerti apa artinya Penerimaan ketika berada dalam lingkungan yang melakukan hal tersebut maupun yang tidak melakukan hal tersebut.

Bagi sebagian besar masyarakat kita, kegagalan bukanlah suatu hal yang wajar. Orang yang gagal akan dipandang sebelah mata oleh orang yang lainnya. Sehingga adalah wajar ketika orang-orang akan lebih cenderung senang untuk bersaing dan berambisi untuk menjadi  nomor satu, dan akan depresi ketika apa yang ia angankan untuk tercapai ternyata gagal.

Namun berbeda dengan sebuah lingkungan yang mana baru-baru ini saya tinggali. Tadi pagi saya bertemu dengan seorang teman yang saya kenal ketika studi sama-sama di kota ini, teman ini telah berkeluarga dan telah memiliki 2 orang putra. Dalam perjalanan pergumulan studi dan keluarga serta harus beradaptasi dengan ekstra di kota yang baru ini, semua tekanan tersebut membuat dia harus memutuskan mengakhiri studi nya di tengah jalan dan lebih memilih memprioritaskan keluarganya. Bebannya tidaklah mudah, karena ia adalah kepala keluarga. Setelah sekian lama tidak pernah bertemu, saya bertemu dengan beliau kembali tanpa disengaja. Ia men-share-kan cerita hidupnya setelah ia tidak studi. Dari sharingnya membuat saya yakin bahwa keputusannya akan studinya adalah yang terbaik  yang ia putuskan baik bagi dirinya sendiri maupun keluarganya. Hal yang lebih ajaib lagi bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka, melainkan Tuhan telah mempersiapkan sebuah ladang pelayanan yang baru yang mana mereka bertumbuh lebih “sehat” melalui pelayanan tersebut. Di dalam ceritanya saya tertegun ketika ia berkata bahwa ketika dia ditawarkan sebuah pelayanan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan, dia terkejut karena dia merasa dirinya adalah orang gagal karena tidak melanjutkan studinya dan sempat mempertanyakan tawarab tersebut. Namun orang yang menawarkan tersebut tidak berfokus pada latar belakang itu, dan hal itu membuat dia berani untuk menerima tawaran dan sekarang memimpin di sekolah tersebut.

Sebuah penerimaan yang apa adanya.

Peristiwa tersebut juga mengingatkan saya akan cerita Daud di gua Adulam. Ketika Daud depresi, penuh tekanan, dikejar-kejar oleh rajanya, bahkan ia sempat menjadi seperti orang gila di Gad.  Daud yang melarikan diri dari Saul, Ia bersembunyi di Gua Adulam, sebuah gua di dekat tempat itu dan berhimpunlah juga kepadanya setiap orang yang dalam kesukaran, setiap orang yang dikejar-kejar tukang piutang, setiap orang yang sakit hati, maka ia menjadi pemimpin mereka. Di tempat itu ia menghimpun kekuatan pendukung, yang terdiri dari orang-orang yang kecewa dan sakit hati Bersama-sama dengan dia ada kira-kira empat ratus orang. Terkadang apa yang tidak pernah dipikirkan oleh manusia, disangkanya ke depan adalah gelap, namun Allah memiliki rencana lain. Penerimaan semua orang-orang “gagal” menurut dunia ini menjadi tempat pemulihan bagi Daud.

Ketika para orang gagal dari kacamata dunia ini berkecil hati, serta kebingungan untuk melanjutkan hidupnya, Allah menyediakan sebuah wadah orang-orang percaya yang menjalankan tugas dan panggilannya sebagai wadah yang menyatakan kasih dan penerimaan, melakukan seperti yang juga Kristus lakukan selama di dunia.

Kristus menerima semua orang berdosa yang datang kepada-Nya. Kristus hadir di dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang. Kristus menerima mereka, tidak membuang mereka, meskipun mereka “dibuang” oleh saudara-saudara sebangsa mereka. Kristus menunjukkan depth acceptance-Nya, mengampuni tanpa menghakimi seorang wanita yang ketahuan berzina. Kristus menerima orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Kristus menerima orang-orang yang dipandang gagal, dipandang salah, dipandang lemah oleh sekitar mereka.

Luk 5:31  Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit;


Gagal itu wajar..


Gagal itu wajar..

Jarang sekali kita mendengar kata-kata tersebut, yang sering kita dengar adalah Kamu harus menjadi orang sukses, “If You Dream it, You can Do It”. Kata-kata motivasi dan kata yang bernada positif serta mendorong seperti hal di atas ini tidaklah salah, namun persoalannya sepertinya kita jarang sekali memberikan edukasi kepada anak-anak, adik-adik kita atau bahkan kepada diri kita sendiri bahwa Kegagalan adalah sesuatu yang wajar.

Terlalu seringnya pemahaman positif pembangkit semangat yang masuk dalam pemikiran dan telinga orang zaman sekarang, menyebabkan terlalu rapuhnya mental mereka untuk menerima sebuah kekalahan atau kegagalan. Gagal identik dengan sesuatu yang berarti kalah. Dan manusia mana yang ingin kalah? Setiap manusia ingin sesuatu yang semakin hari semakin menanjak tinggi.

Pemahaman yang salah mengenai gagal terkadang dapat menyebabkan mental orang juga menjadi mental penakut. Semakin sering penekanan orangtua terhadap anak harus menjadi nomor satu dan sukses menjadikan harapan orangtua tersebut menjadi harapan si anak. Anak menjadi orang yang result oriented. Akibatnya ketika suatu kali ia tidak mendapatkan hal yang ia idamkan tersebut maka terpuruk jugalah 'sakit' anak itu. Jika tidak diobati dengan benar maka sangat mudah bagi anak untuk menjadi penakut yaitu takut gagal.

Pembelajaran dari keluarga terutama orangtua sangat diperlukan dalam hal mendidik anak-anak dan memberitahu anak-anak bahwa dalam hidup ini tidak adil. Life is not fair. Hidup ini tidak adil dimengerti dalam konteks  kehidupan manusia di dunia yang penuh dosa ini menjadikan anak-anak sangat mudah untuk mendapatkan sesuatu yang tidak harapkan. Kenakalan teman , kejahatan yang tidak pada tempatnya, dan kegagalan. Semua hal yang bernada negative adalah sesuatu yang wajar. Hal ini bukan berarti kita sedang mengajarkan pahan pesimis dan takdir. Namun membukakan kepada anak-anak bahwa inilah realita dari akibat dosa, siapa saja dapat menjadi korban dari dunia yang tidak sempurna ini.

Kegagalan dalam ritme kehidupan manusia yang mengerjakan mencapai sesuatu adalah wajar. Wajar karena kegagalan merupakan suatu proses bagi kita. setiap hal yang kita alami dalam hidup ini baik yang enak maupun yang tidak enak adalah proses. Kita sedang mengajarkan kepada anak-anak mengenai apa artinya dan bagaimana prose itu.

Ketika gagal terjadi, bukan berarti kita menjadi loser dan kalah, namun kita sedang diajak berproses di dalam setiap proses gagal untuk mendapatkan sesuatu yang jauh lebih berharga dibandingkan sebuah kesuksesan, yaitu pembelajaran hidup. Di sini  kita tidak sedang mengajarkan anak-anak untuk mempunyai mental gagal dan cepat berpuas diri. Namun bagi anak yang memiliki kecenderungan prefeksionits sangat mudah juga bagi anak itu untuk tidak dapat menerima yang namanya gagal. 

Kegagalan adalah sesuatu yang wajar dan proses yang akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih hidup. Bangkit dari kesedihan akan kegagalan dan menata kembali kehidupan dengan pelajaran kehidupan akan menjadikan hidup ini lebih bermakna. 

Hidup yang dimiliki anak-anak bukanlah hidup untuk dipenuhi ambisi arang tua dan ambisi anak itu sendiri. Melainkan peran orang tua adalah bagaimana membimbing anak-anak mereka untuk memiliki hidup yang dipenuhi dengan tujuan dan rencana Sang pencipta-Nya. Karena setiap manusia adalah unik dan berharga setiap manusia memiliki agenda Allah dan seharusnya menjalan agenda yang Allah telah agendakan tersebut, bukan agenda pribadinya. Dalam menjalankan agenda Allah, Allah yang benar dan tidak pernah salah tersebut memegang control penuh dan dalam kedaulatan anugerahNya Ia mengizinkan kesuksesan dan kegagalan menjadi bagian proses untuk membentuk anak-anak menjadi pribadi dengan agenda Allah.


Jika kita mengalami sebuah kegagalan hal itu adalah wajar dan kita sedang berproses di dalamnya dan jika kita mengalami kesuksesan hal itu adalah Anugerah dari Allah dan kita juga sedang berproses di dalamnya.


Jumat, 20 Juli 2012

hanya anugrah-Nya


Siapa yang tidak kenal lagu dengan lirik ini

Bukan karna kebaikanmu
Bukan karna fasih lidahmu
Bukan karna kekayaanmu
Kau dipilih kau dipanggilNya

Bukan karna kelebihanmu
Bukan karna baik rupamu
Bukan karna kecakapanmu
Kau dipanggil, kau dipakaiNya

Bila engkau dapat, itu karenaNya
Bila engkau punya semua daripadaNya

Semua hanya anugrahNya
DibrikanNya pada kita
Semua anugrahNya bagi kita
Jika kita dipakaiNya

Lirik lagu ini sederhana namun memiliiki arti yang dalam, di awali dengan sebuah kesadaran diri bahwa tidak ada satu alasan pun yang datangnya dari diri manusia ketika manusia itu dipanggil dari terang menuju gelap, bahkan ketika manusia / kita yang telah dipanggil dari gelap menuju terang tersebut diberi kesempatan ambil bagian dalam mengerjakan pekerjaan Kerajaan Allah, itu hanyalah karena Anugerah-Nya semata.. Seringkali tanpa disadari kecenderungan manusia untuk membanggakan diri dan meninggikan diri ketika ia sedang berada di posisi yang tinggi sangat besar.  

Ketika mendengarkan lagu ini lagi, ternyata nada lagu ini dan liriknya kembali menyentuh hati saya, tanpa terasa perasaan yang tersentuh itu terekspresikan melalui air mata…
Pujian ini, pujian yang tak kekang dimakan oleh waktu, meskipun lagu-lagu rohani kontemporer yang lain bermunculan, namun pujian ini tetap menjadi berkat sekalipun telah 
didengar berkali-kali.

Pujian tersebut mengingatkan dan menyadarkan kembali status kita, manusia dan Dia, Allah..

Semua hanya Anugrah-Nya dibrikan-Nya bagi kita…
Semua Anugrah-Nya bagi kita bila kita dipakai-Nya…




Rabu, 13 Juni 2012

batu....


Perjalanan ini di mulai dengan sebuah langkah di dalam iman dan ketakutan, namun panggilan itu jelas 
terdengar dan bergema di dalam kedalaman titik hidup.

Perjalanan bersamaNya dilalui hari lepas sehari. Dilalui bersamaNya dengan penuh rasa, warna dan air mata. Meskipun kadang tak mengerti akan banyak hal dan bertanya alasan di balik semuanya itu.  Semuanya dilewati dengan tanda Tanya besar dan  hanya anugerah-lah yang membuat iman tetap bertahan.

Terbayang perjalanan ke depan nanti, pasti penuh dengan batu, ada batu besar, sangat besar, ada batu kecil namun tajam. Batu-batu itu harus dilewati!. Ingin rasanya menyingkirkan dahulu batu-batu tersebut baru berjalan di jalan mulus itu. Namun sekuat apapun tenaganya untuk menyingkirkan batu itu, BATU itu tetap akan ada…. Ia tetap akan menjadi batu besar dan batu kerikil tajam.

Fokusnya tertuju pada batu dan ukuran batu itu… 
ya itu fokusnya dahulu..  
akibatnya ia terlalu pengecut untuk menjadi pelangkah.

Namun sekarang,

Bukan batu-batu itu lagi fokusnya! Batu-batu itu akan tetap ada dan akan tetap menjadi batu yang harus dilewatinya.


Matanya menoleh ke sebelah kanannya, dan memorinya melayang pada ingatan mula-mula.

Ia tidak berjalan sendiri. Ia sedang berjalan denganNya. Yang sekarang menjadi fokusnya adalah berjalan bersama Dia melewati batu-batu itu dalam perjalanan ini. Tak penting lagi seberapa besar batu di depan mata dan seberapa sakit kaki ketika tertusuk kerikil tajam. Sekarang ia sedang berjalan bersama Dia.

Dia selalu menyertainya dan tak akan pernah ditinggalkan.

“With God be with me is enough for me”..
Just for grace to trust Him more…

Rabu, 30 Mei 2012

sadness....


Penderitaan bagian dari manusia…

Jika manusia mengalami penderitaan itu semua berada dalam kedaulatan Allah, Ia mengizinkan manusia mengalaminya, namun Ia tidak pernah berkenan hal itu terjadi. Hal penting yang tetap perlu diingat bahwa Ada Allah yang pegang kendali..  God is Good!

Jika Allah mengizinkan itu terjadi karena Allah tahu manusia telah siap menjalankan kehendakNya. Ia tidak akan menyatakan kehendakNya jika manusia tidak siap menjalankannya.

Dalam kehendak manusia, kita hanya tahu sejengkal saja sesuai pikiran kita, padahal Allah sedang merencanakan sesuatu yang lebih dari itu. Rancangan Allah jauh melebihi apa yang kita pikirkan.

Allah tidak pernah mengambil! Ia malah yang memberi..



trust

Tidak terasa sudah satu tahun saya hidup di kota ini, hari demi hari diarungi dengan banyak sekali warna. Hari berganti hari saya belajar percaya dan berharap kepada Ia yang memanggil.

Percaya, kata yang seringkali kita dengar. Kata ini memiliki banyak padanan kata misalnya beriman, trust believe. Saya suka dengan kata percaya dan bagi saya kata percaya ini identik dengan TRUST. Percaya sepenuhnya, bergantung sepenuhnya, meskipun berada di jalan yang gelap.

Untuk Percaya diperlukan keberanian untuk percaya, dibutuhkan kerelaan hati untuk taat, meskipun tidak tahu. Walaupun tidak dapat melihat jalan-jalannya, tetap percaya dan berharap. Ketika tidak mengerti dan tidak dapat melihat rancangan-rancangan agendaNya, bahkan  tidak bisa meraih tanganNya, aku percaya pada hatinya. Hatiku percaya kepadaNya.

Yang penting dari percaya adalah kita tahu kepada siapa kita percaya. Kepada siapa engkau percaya? Kepada Allah, hanya kepada Allah saja aku percaya. Aku percaya Ia adalah Allah yang tidak pernah salah. Ia adalah Allah yang terlalu bijaksana untuk berbuat kesalahan. Kepada Allah aku percaya. Kepada Allah yang terlalu baik untuk menjadi tidak baik. Kepada Allah yang hikmatNya tak terselami dan mengetahui segala sesuatunya aku percaya. 

Ia, Allah yang mengontrol segala sesuatu, aku percaya seluruh kehidupanku berada dalam control Allah yang baik karena Ia adalah Allah yang benar dan tidak pernah salah.
Ia adalah Allah yang memiliki agenda. Di dalam Dia aku telah diagendakannya sesuai agendaNya bahkan jauh aku belum dilahirkan.

Ia adalah Allah yang mengetahui segala sesuatu lebih baik daripadaku. Ia mengetahui jalannya. Ku lepaskan semua keinginanku untuk mengerti kenapa dan melihat bahwa hal yang terbaik yang bisa kulakukan adalah menempatkan kepercayaanku kepada Dia.



Kamis, 19 April 2012

robek...


Dari jauh agak kedekatan, Ku pandangi orang-orang yang akan melewati pintu itu, satu per satu ku lihat. Mereka hanyalah orang biasa, mereka berpakaian robek.

Ada yang robeknya di atas, ada yang robeknya di dalam, 
Ada juga yang robeknya banyak, ada juga yang robeknya sedikit. 
Ada yang robeknya kecil, ada yang robeknya besar. 
Ada yang robeknya kelihatan, ada yang robeknya tersembunyi. 
Ada yang robeknya hampir semuanya, ada yang robek sebagian.
Ada yang robeknya tidak mau diperbaiki, ada yang robeknya bisa diperbaiki
Ada yang robeknya parah, ada yang robeknya tidak parah.

Aku juga berencana masuk ke pintu itu, namun aku tidak dapat masuk karena aku berpakaian robek. Akhirnya aku menunggu di luar sambil melihat lalu lalang orang-orang itu. pikiranku berjalan bolak-balik, kenapa aku tidak dapat masuk? Aku bandingkan dengan dia yang robeknya lebih parah dari aku, aku bandingkan dengan dia yang robeknya lebih besar dari aku, aku bandingkan dengan dia yang robeknya lebih banyak dari aku.
Aku protes!

Kakiku ingin melangkah protes, seperti panas terik dengan deruan ombak bertubi-tubi dan berkejar-kejaran ingin sampai dahulu hingga ke tepi. Namun di antara awal dan akhir, Dia memegang lenganku dan tersenyum. Dalam ketidaksadaran aku sadar akan senyum itu.

Aku.. aku telah menjadi penghakim diantara. Aku merasa diri layak dan lebih layak dibandingkan para orang berpakaian robek lainnya. Aku pikir aku lebih baik dari mereka.

Aku tertunduk memandang sobekan pakaianku. Angin berhembus membuat rambutku berterbangan, seluruh badanku terasa segar oleh hempasan angin tersebut, angin masuk dalam telinga dan seakan berbisik lembut “semuanya berpakaian robek”.


-d^^-