Kamis, 16 Juni 2011

Mazmur 23

Mazmur Daud.

TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku;
gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku;
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku;
dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Pesannya..

Beberapa hari ini merupakan hari hari perpisahan.
Hari selasa yang lalu hari perpisahan di unit saya unit SD..
Hari kamis ini hari perpisahan dengan seluruh unit..
Dan Hari selasa nanti bener bener perpisahan terakhir yang  terakhir… hiks..

Disekolah saya untuk tahun ajaran ini saja ada sekitar 8 guru yang tidak lagi di lokasi puri..
Wow, jumlah yang tidak sedikit.. dan setiap kali melihat perpisahan teman-teman guru yang lain yang terdahulu resign, saya selalu merasa yakin kalau nanti saya perpisahan saya tidak akan menangis, karena saya tidak sedih.. ujar saya dalam hati..

Sekarang tiba saat nya saya yang dilepas, awalnya saya masih sempat senyum-senyum kecil, tertawa kecil ke sesama guru.. tapi ternyata hal itu tidak bertahan lama.. saya ikut terharu juga.. apalagi mengingat bahwa baru tahun inilah saya merasakan adanya kebersamaan dengan rekan-rekan.. Apalagi sejak kejadian “toilet” di retreat tersebut..

Saya jadi ingat perpisahan dengan beberapa rekan hamba Tuhan di gereja saya.. dan sekarang saya jadi semakin mengerti apa perasaan mereka saat mereka harus berpisah dengan kami dan menjalani tugas pelayanan di daerah yang jau disana..

Mungkin inilah perasaan yang sama.. perasaan sedih berpisah dengan rekan-rekan bahkan dengan rekan rekan yang sudah dekat namun pilihannya berpisah..

Sepulang dari sekolah saya juga diajak bicara oleh gembala sekolah saya ibu Irene, dia memberikan saya beberapa nasehat dan kami banyak sharing tentang pergumulan sekolah kami. Terlalu banyakk.. Iya.. terlalu banyak yang harus diubah dari sekolah kami kalau sekolah kami ini mau menjadi semakin baik dihadapan Tuhan.

Satu hal yang kami makin takutkan adalah sekolah kami lupa pada firman “Ia harus semakin bertambah dan kita harus semakin berkurang”.. Jangan-jangan sekolah kami menjadi sekolah yang lama kelamaan membuat diri semakin bertambah dan Ia semakin berkurang..  Fuhh… >.<

Setelah berbicara panjang dengan ibu, ibu berkata bahwa tidak kebetulan Tuhan membuka beban itu kepada kita apalagi saya, dan ibu bilang tugas saya diakhir ini adalah mensharingkan beban tersebut ke orang yang tepat dan menjadikan itu PR buat orang yang ditinggal. Hal itu langsung saya lakukan, saya berikan tanggung jawab itu kepada ibu.

Sosok ibu Irene adalah ibu yang penuh beban pendidikan, ibu yang berani, ibu yang tegas, sangat berani untuk menyatakan Salah terhadap sesuatu yang tidak sesuai dengan prinsip Firman Tuhan, walaupun sebenarnya ada juga ketakutan di dalamnya. Dan ada konsekuensi untuk dibenci orang. Ia ibu guru saya saat saya penataran guru sekolah minggu. Sosok ibu yang akan jadi teladan saya. Sungguh… dia sabar dan dia punya hati yang sangat peduli dan sangat inisiatif. Dia keibuan semua anak didiknya akan merasakan kasih sayang ibu nya. Banyak sharingan pengalaman dia yang menjadi inspiratif buat saya melangkah ke depan.

Hari itu adalah hari yang sedih tapi diakhiri dengan indah. Banyak hal yang akan saya ingat selalu yang merupakan pesan beliau. 

Ibu berkata perjalanan study kedepan tidak lama dan tidak juga terlalu singkat, Untuk segala sesuatunya mulai sekarang saya harus memulainya di dalam dan hanya dengan anugrah Allah saja yang saya dapat sandarkan, sampai saya lulus nanti saya akan takjub dengan anugrah Nya itu. Ia juga berkata saya harus Jaga Hati saya, saya harus ingat bahwa terkadang lingkungan dan uang sangat mudah untuk mengaburkan kemurnian hati, visi dan panggilan. Oleh sebab itu saya harus jaga hati saya.

Pesan yang singkat itu akan terus saya pegang, saya ingat dan saya resapi. Sampai saatnya nanti saya bisa bertemu dengan ibu lagi.

-d^^-

Rabu, 15 Juni 2011

Teeriimaa Kaasiihh, Buu..

Hari ini hari terakhir.. :(

Ya hari ini hari terakhir saya bisa bersama-sama dengan mereka.. :(
Dengan anak-anak yang sangat saya kasihi, dengan segala keunikan mereka, dengan segala kenakalan mereka, dengan segala perubahan mereka yang merupakan buah doa.

Sewaktu masih di dalam kelas, Saya ingat Ibu Yo, Ibu Wali Kelas saya pernah bertanya kepada saya seperti ini , 
”Yan, kamu sedih gak kalo kamu resign dari sekolah ini?” dengan logat medok yogya nya..
Saya terdiam sejenak, 
“ Yah, sedihlah, bu , Tapi yang paling buat saya sedih adalah saya tidak bisa lagi melihat anak-anak saya ini duduk di kelas II” dengan mata hampir berkaca-kaca.

Rasanya ada suatu kehilangan walapun saya sadar mereka bukan anak-anak kandung saya, tapi saya juga sadar mereka adalah anak didik saya. Anak yang sangat saya kasihi.

Kebiasaan jelek saya, saya suka sekali mengintip melalui kaca jendela sekolah kami yang besar-besar itu sekedar melihat tingkah laku belajar anak didik saya yang terdahulu sekarang sudah berada di tingkat yang lebih tinggi. Sedih rasanya ketika sekarang tidak lagi bisa melihat mereka duduk belajar di bangku kelas II.

Namun perasaan sedih rasanya sudah terbayar dengan pengalaman yang Tuhan beri yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup saya.

Ya, hari ini hari terakhir saya bertemu dengan anak-anak saya, karena besok mereka akan memasuki masa liburan kenaikan kelas yang cukup panjang.

Seperti biasa, sebelum pulang kami akan menyanyikan lagu “Seblum Kita Pulang” , dilanjutkan dengan Doa Pulang dan diakhiri dengan “Beri Salam” , teriak ketua kelas kemudian anak-anak akan berkata,
  “ Selamat Siang, Bu. Terima Kasih, Bu. Tuhan Yesus Memberkati”

Hari itu benar-benar jadi hari yang special buat saya, ntah kenapa kata-kata salam anak-anak yang biasa mereka ucapkan tersebut di hari itu menjadi kata Salam yang sungguh Special.

Ketika mereka berkata “Terima Kasih Bu. Tuhan Yesus Memberkati” hari itu. Kata-kata Itu terdengar sungguh-sungguh seperti keluar dari hati ketulusan mereka. Dari hati mereka berkata Terima Kasih Bu.

Terima kasih Bu hari itu sungguh menjadi kata Terima kasih Bu yang terspesial, termanis, terpolos, dan tersungguh-sungguh yang pernah saya dengar selama 2 thn mengajar di sekolah ini. Dan Disaat itu juga saya  semakin diyakinkan oleh Tuhan seakan akan  Ia berbisik lembut dengan saya, “Dian, inilah mereka”.

Tuhan, saya sungguh bersyukur bisa bersama-sama mereka 2 tahun ini, bisa belajar, bermain bahkan mendidik mereka. Terlebih sungguh bersyukur, Ya Tuhan, saya semakin banyak belajar dari sikap dan ketulusan hati anak-anak.

Ya, hari ini adalah hari terakhir saya dengan anak-anak
tapi hari ini juga adalah hari special saya dengan anak-anak.
Rasa sedih itu tetap ada 
namun rasa sedih itu diberikan teman oleh Tuhan yaitu Rasa Syukur.

Terima Kasih, Tuhan.... ^.^
(*diucapkan dengan intonasi dan cara anak-anak didik dian...)



-d^^-

Grace … Grace that is greater than all my sin

Beberapa hari yang lalu saya sempat mengikuti retret yang diadakan gereja saya

Ret2 tersebut diberi nama ret2 A LIFE (Abundant Life) –transforming spirituality-

Ini retreat yang ke-3 gereja saya adakan.. dan dua retreat sebelumnya saya tidak dapat ikut.

Satu kata yang dapat saya ucapkan saat ini Thanks God.. Really Thanks God..

Bersyukur sekali bisa ikut retreat ini ditengah-tengah mungkin ini kali terakhir saya bisa ikut di retreat ini.
Betapa saya kembali menyadari bahkan mungkin lebih dari tersadarkan lagi..
How amazing His Grace.. How amazing His Cross..

Saya manusia berdosa yang tak terukur dosanya, tapi Salibnya ternyata juga tak terukur besarnya panjangnya, tingginya, dalamnya lebarnya.. tak terukur… tak terukur dalam hidup keberdosaan saya..
Hari pertama hari kedua di lalui, sampai benar benar mengalami sesi terakhir di hari kedua dan sesi pertama hari ketiga yang berlimpah air mata.. 

Semakin hari kami dibentuk semakin mengerti apa itu arti bertumbuh, apa itu arti pengalaman rohani, apa arti aktivitas agamawi, apa itu arti KASIH dan arti SALIB..

Semakin menuju closing saya semakin mengerti bahwa saya ada hanya karena anugrah, saya sekarang hanya karena anugrah dan itu tidak lebih. Saya pikir saya tidak hanya mengerti secara kognitif tapi saya semakin merasakan kebenaran dan dalamnya arti kalimat tersebut.

Bahkan selama ibadah perjamuan kudus di akhir hari. Saya semakin menemukan ketidaklayakan saya untuk datang menghampiri perjamuan kudusnya. Siapa saya sampai Ia menyatakan tanda kasihNya dan Ia mau bersekutu menjadi satu dengan saya! Siapa saya??

Hal inilah yang terus membuat saya exicting dengan iman kepercayaan saya bahwa bukan saya yang aktif. Tapi Ia Allah yang aktif inisiatif melakukannya lebih dahulu.

Saya datang dengan gentar tapi juga sukacita. Kalau pinjam istilah nya seperti pengantian perempuan yang datang menhampiri altar dengan gentar tapi juga bahagia.

Mengetahui Ia mau pakai dan mau memanggil saya, saya semakin yakin bahwa ini bukan karena saya mau tetapi karena Ia yang telah terlebih dahulu bekerja di dalam kehidupan saya. Ini semua Semata-mata  hanya anugrahNya dan Belas KasihanNya.

Tuhan terima kasih untuk salibMu  dan ingatkan aku kalau aku akan selalu membutuhkan salibMu ya Tuhan, selalu.. Selalu…

Now, new beginning..
Grace … Grace that is greater than all my sin


-d^^-

Happy birthday…

Happy birthday...

Selamat ulang tahun...

Xin nien kuai le...

Semua ungkapan diatas ungkapan menyatakan selamat hari ulang tahun..

Tahun ini saya berusia 24 tahun.. *aaghh.. uda cukup tua.. >.<
Karena sudah hampir 1/4 abad hidup saya di dunia ini.. Sepintas selagi menyantap mie sua buatan sendiri di hari ulang tahun yang katanya lambang panjang umur saya lantas berpikir apa makna ulang tahun untuk kesekian kalinya buat saya.. 

Untuk tahun ini saya memang sengaja meng-hide tanggal ulang tahun saya di salah satu jejaring social saya.. saya ingin mengetes beberapa hal untuk diri saya.. Apakah saya menanti-nantikan ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman jejaring social saya tersebut, ataukah saya akan mengharapakan mereka tahu hari ulang tahun saya dengan sendirinya.. 

Ternyata setelah sampai waktu tulisan ini diketik, saya jadi semakin berpikir.. apakah sebenarnya makna hari ulang tahun itu.. Secara tidak langsung saya memiliki hari ulang tahun yang sebenarnya berbeda dengan akte keliharan saya *orang kelurahannya salah tulis tanggal lahir saya.. >.<"

Jadi sedari kecil ulang tahun saya dirayakan oleh keluarga di hari yang berbeda dengan akte kelahiran saya. tentunya di hari yang sesunguhnya seharusnya..  Dan di hari tersebut juga biasanya sampai saya besar saya gunakan untuk waktu merenung dan hanya beberapa orang terdekat saya saja yang saya beritahukan tanggal tersebut. Sedangkan hari yang dipublis biasanya hari yang sesuai akte kelahiran.

Saat merenung sejenak di hari ulang tahun. Saya semakin bertanya-tanya apakah sebenarnya makna ulang tahun tersebut. Apakah yang saya harapkan dengan datangnya tanggal ulang tahun saya di tahun ini atau mungkin tahun besok ???

Dalam perenungan saya, saya mendapati saya tipe orang yang introvert dan juga cukup phlegma. Jadi saya bukanlah orang yang haus akan ‘selametan’, "selamat ulang tahun.. dan bla.. bla.. bla-nya" Saya malah memilih sebaliknya saya lebih suka ‘diam’..

Dalam ke"diam"an saya , saya semakin menyadari apa itu artinya ulang tahun..
Hanya satu kata yang dapat menyatakan itu , Ebenezer (אבן העזר) : Sampai Disini Tuhan menolong saya.

Iya.. Bahkan samapai saat ini Tuhan masih menolong saya..
saya semakin menyadari bahwa sepanjang kisah kehidupan saya hanya Allah lah yang memegang kendali atas semuanya, walaupun ada free will saya tapi semuanya dibawah kedaulatan Allah..

Iya , bahkan sampai umur ini , disini Allah menolong saya. Saya bisa melalui 1 tahun itu bersama Allah dan karena Allah saja lah.Semua karena anugrahNya dan belas kasihanNya..

Bisa hidup berjalan bersama-sama dengan Allah sajalah itu yang menjadi wish saya dihari special ini. Dan semakin disanggupkan untuk berkata “ With God is enough for me”

Tuhan semakin saya melihat kebelakang kisah saya semakin saya bersyukur mempunyai Allah seperti Engkau yang tidak pernah meninggalkan saya sedetik pun. Dan sekarang ketika saya merasakan tangan setia Mu yang selalu menopang saya dan karaya SalibMu yang sungguh ajaib luar biasa, saya bersyukur punya Allah seperti Engkau. Bahkan sampai hari depan esok yang tiada saya tau apa yang akan terjadi Engkau Allah yang tetap akan selalu menjaga dengan Kasih Setia dan belas kasihan Mu akan menuntun saya melalui hari demi hari tersebut sampai saya berjumpa dengan Engkau dan ditemui setia di hadapanMu.. Amien


-d^^-