Sabtu, 24 Maret 2012

coretan isi hatinya... *imagined


Munafikk…. *Rasanya ingin berteriak kata itu sekuat-kuatnya.. tapi tidak mungkin..

Aku seorang anak kelas sekolah dasar yang biasa biasa saja..

Ada guru yang memanggilku ganteng, ada juga guru yang memanggilku lucu.

Aku tak tau kenapa mereka memanggilku seperti itu

Aku rasa aku biasa biasa saja..

Prestasi kelasku juga biasa biasa saja, tidak terlalu menonjol bagus tapi tidak terlalu jelek juga

Di dalam kelas aku juga biasa saja, biasa terkenal tukang ribut dan jalan-jalan di kelas. Aku juga biasa suka bermain dengan teman-temanku.

Suatu kali aku sempat mendengar pembicaraan guruku di dalam kelas ketika aku duduk dibarisan depan.

Mereka sedang bergosip tentang guru yang lain yang aku tak tau siapa. Tapi aku tau apa yang mereka katakan.

Mereka bilang guru tersebut tidak melakukan yang  tidak boleh ia lakukan. Itu yang aku tangkap.

Hari ini seperti biasa aku bangun pagi dan sudah ku susun semua buku-bukuku ke dalam tas sekolahku. Kotak pencil dan buku tulisku sudah kuletakkan di dalam tas rasanya.

Tapi…

Pagi itu aku datang ke sekolah seperti biasa dan sesampai di sekolah seperti biasa juga aku suka sekali bermain lomba lari dengan temanku sampai bunyi bel mengharuskan aku dan teman-teman berbaris rapi.

Setelah baris kami diminta masuk satu per satu secara rapi dan teratur sambil memberi salam dan menyapa selamat pagi bu!

Sewaktu akan membuat agenda aku meraba-raba tasku untuk mengambil kotak pensilku. Tapi ternyata ia tidak ada, aku penasaran akhirnya aku membongkar isi tasku dan tetap tidak kutemukan kotak pensilku.

Pikirku aku sudah memasukkan lantas aku diam saja dan rasanya aku ingin maju kedepan dan meminjam pensil guruku tapi aku takut.

Akhirnya aku memberanikan diri untuk meminjam , ku pikir guruku adalah orang yang pengertian lagi pula ini baru pertama kalinya aku ketinggalan kotak pensil.

Ternyata tidak kusangka guruku marah besar..

Pagi-pagi benar dia sudah marah-marah..

Pelajaran satupun belum kuterima tapi dia sudah memarahi aku..

Dengan kata-katanya yang tajam itu dia memarahai aku dan aku hanya bisa diam dengan muka ke bawah.

Dia memarahai ku di depan kelas dan dilihat didengar oleh semua teman-temanku

Betapa malunya

Dia  menyuruhku duduk dan tidak memberi solusi apa-apa, satu pensil tumpul untuk menulis tidak dia berikan dengan alasan sebagai pembelajaran buat aku agar aku tidak lupa membawa lagi.

Aku hanya bisa diam seperti biasa..

Dimana teman-temanku semua sedang menulis agenda yang penting untuk dibawa esok harinya, aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah semua selesai aku melihat guruku yang satu lagi. Aku tau dia pasti akan menolongku, tapi aku tau , ku lihat diwajahnya dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika main  teacherku sudah memarahi aku.

Ku lihat guru itu mengeluarkan beberapa pencil yang baru diruncingnya. Dia melihatku dan aku melihatnya.

Tapi main  guruku memanggilku dan memberikan pensil itu, kemudian mendisiplinku dengan menyuruhku menulis agenda sendiri di depan kelas dibawah papan tulis.
Seperti biasa aku pun melakukannya.

Guru  agamaku datang.. senangnya hatiku karena aku bisa mendengarkan cerita lagi.

Tapi ternyata aku masih harus menyelesaikan hukumanku tersebut dan akhirnya aku ketinggalan cerita yang sangat aku sukai itu. Cerita tentang Alkitab.

Uhh… betapa sebalnya

Sedih nya aku harus mendapat guru seperti dia. Dia munafik..

Rasanya dia manis ketika renungan pagi , dia manis ketika ada  guru  yang lain.. Dia manis di depan orang lain… 

Tetapi ternyata dia munafik, dia berkata kasar dan  tidak mendidik aku dengan benar, dia menghukum aku dengan pilih kasih. 

Aku yang baru sekali salah dia langsung menghakimi aku, sedangkan temanku yang lain yang telah salah berkali-kali tidak dia disiplin.

Dia bilang kalau disiplin hanya berlaku di waktu pelajaran guru yang bersangkutan tetapi ketika guru fak maka murid harus belajar. 

Tetapi dia tidak seperti itu terhadap aku. Dia berkata sangat manis sekali di depan guru fak. Tetapi sangat kasar di depan murid-muridnya ketika muridnya ada salah.

Dia berkata sebagai seorang guru seharusnya tidak boleh begitu, tapi dia begitu..

Aku tidak tau arti kata munafik, tapi aku tau guruku munafik..



terserah...


Beberapa hari yang lalu saya menyempatkan diri untuk menghadiri Ibadah Misi di kampus saya yang sekarang. Walaupun saat itu saya sadari bahwa kondisi fisik saya sedang tidak terlalu fit, namun seperti ada rasa penasaran untuk melihat apa yang disiapkan teman-teman bidang misi.

Sampailah saya di kampus, dan awalnya kami seperti diajak simple ‘touring’ dari kelas ke kelas karena di dalam kelas dijelaskan beberapa suku yang terabaikan dari bagian barat, tengah sampai ke Indonesia bagian timur. Bila ditanya bagaimana perasaan saya waktu, maka saya akan menjawab biasa saja. Tidak bermaksud untuk menghakimi persiapan teman-teman tetapi saya merasa jika mereka lebih lagi persiapannya mungkin setiap presentasi dan atribut lainnya pasti akan lebih berkesan. Mungkin karena saya pernah merasakan dan langsung persiapan hal yang kurang lebih sama konsepnya seperti mereka ketika di pelayanan di sekolah minggu dahulu. Jadi saya merasa lebih bangga dengan persiapan guru sekolah minggu karena Egypt simple touring yang gsm kerjakan waktu VBS lalu lebih Woww.. dan baguss.. *maap ya.. hehe

Setelah itu ibadah dimulai.. saya menikmati Ibadah Misi yang disiapkan teman-teman. Terlintas ketika ibadah dimulai saya jadi teringat dengan teman-teman persekutuan PO BiNus. Tiba-tiba teringat Heri Kurniawan yang sangat cinta dengan Indonesia dengan konsep yang ia pakai selalu etnik Indonesia, teringat persekutuan terakhir biasanya akan membahas tentang bangsa dan negara Indonesia. Sepanjang memori itu terlintas, saya semakin tertegun ketika pujian “Hatiku rindu melihat kemuliaanMu bagi bangsaku…. “ tanpa saya sadari saya terharu dan air mata pun mulai keluar dari tempat penampungannya mengalir keluar. Saya menyadari saat itu rasa haru saya bukan karena moment persekutuan, namun karena saya sadari hati saya ada buat bangsa ini...

Saya kutip beberapa perenungan yang dibawa oleh Bu Ati dalam Ibadah Misi tersebut yang membuat saya kembali merenung apa artinya 'mission passion heart'.....  perenungan tersebut very simple but meaningful and touching..  (Yoh. 4:35)

Terkadang apa yang dilihat oleh Tuhan Yesus >< (baca : bertolak belakang) dengan apa yang dilihat murid?
Bagi murid : ini BUKAN Tempatnya, ini BUKAN orangnya, ini BUKAN caranya, ini BUKAN saatnya..
TAPI
Bagi Tuhan “Lihatlah sekelilingmu” seakan menyatakan bahwa Tempatnya gak jauh-jauh, di setiap tempat itu Tempatnya di setiap orang itu Orangnya. Tuhan ingin  murid menyadari dimana Tuhan menempatkan dia, lihat sekelilingmu karena  lading telah menguning dan siap untuk dituai.
Menjadi Duta Allah seharunsya mendarah daging dalam keseharian kita karena itulah lifestyle-nya kita. 

Melihat apa yang seharusnya dilihat? #Apa toh yang dilihat?
Melihat Apa yang Tuhan ingin saya Lihat? Apa yang Tuhan ingin saya rasakan? Apa yang Tuhan ingin saya lakukan ? LIHAT LADANG SUDAH MENGUNING.

Kenapa murid tidak bisa melihat? KARENA pengalaman dan pengajaran masa lampau mengenai ‘orang samaria' nya... Ya, terkadang kita suka sekali membuat ALASAN kita tersendiri sehingga hal itu menjadi Batu sandungan kita..

MENJADI APA SAJA Yang TUHAN MAU.
MELAKUKAN APA SAYA Yang  TUHAN MAU.
MENJADI ALAT UNTUK SIAPA SAJA Sesuai Yang TUHAN MAU


Diawali dengan sebuah rasa penasaran dan pemikiran kritis untuk datang menghandiri Ibadah ini, namun saya bersyukur Ia tidak lepaskan saya, namun malah diberikan sebuah kebenaran yang dalam.
"TERSERAH TUHAN .... KARENA AKU TAHU KEPADA SIAPA AKU PERCAYA."

Saya berharap perasaan yang sama juga dirasakan oleh semua orang yang sedang duduk dalam ruangan tersebut, karena merekalah generasi 'pemicu' para pelihat ladang yang menguning selanjutnya.. Ironisnya jika mereka pun tidak mengerti dan tidak membagikan semangat tersebut, termasuk saya...


thanks God
-d^^-



Minggu, 11 Maret 2012

daun


"Daun terbang karena Angin bertiup, atau karena Pohon tidak menginginkannya untuk tinggal??"

“kurasa bukan dua-dua”,  Jawabku saat itu..

Daun terbang karena sudah saatnya ia lepas dari pohon..
Daun terbang walaupun ia tertiup angin
Daun terbang bukan karena angin
Ia tidak akan selamanya terbawa angin,
suatu ketika ia akan terturun terdampar di bawah

Daun terbang juga bukan berarti pohon tidak menginginkannya untuk tinggal
Daun tahu pohon sangat memerlukan daun demi kelangsungan hidup
Begitu juga dengan daun
daun perlu pohon, pohon perlu daun
Mereka saling melengkapi

Namun ada saatnya daun perlu berkorban
Dan menyatakan bahwa waktunya telah tiba
Telah tiba saatnya untuk ia mengundurkan diri
Walaupun daun belum menginginkan saat itu tiba
Daun masih ingin bersama pohon
Dan pohon masih ingin bersama daun
Angin darimana datangnya kemana tujuannya tak ada yang tahu
Angin dipakai untuk membawa daun melayang sekejap dan jatuh