Kamis, 26 Agustus 2010

Inner Child of The Past

Beberapa hari yang lalu saya dan beberapa teman guru dijadwalkan untuk ikut pelatihan ke-2 untuk guru yang dimana ini merupakan program pembinaan wajib dari sekolah. Dari sesi2 pelatihan tersebut ada beberapa sesi yang menurut saya cukup menarik, dan salah satunya sesi mengenai character. Sapa yang tidak tahu mengenai character, bahkan sekarang ada mata pelajaran mengenai character building, tapi di sesi ini kami dibukakan beberapa hal yang menurut saya mendasar dan mungkin teman2 yang baca mendapat sesuatu juga seperti saya.. ^.^

Character
Ada orang pekerja keras, tapi sebenarnya ia orang yang tidak pernah puas dengan dirinya.
Ada orang yang suka sekali menolong, tetapi sebenarnya ia lahir dari kelaparan untuk dikasihi.
Ada orang yang kelihatannya mandiri, tetapi sebenarnya ia tidak bisa mempercayai orang lain.
Ada orang yang kelihatannya tegar, tetapi sebenarnya ia menyangkali kelemahan dirinya.
Ada orang yang kelihatannya rajin sekali, tetapi sebenarnya itu pelariannya dari kesepian.

Membaca hal-hal diatas membuat saya kembali berpikir apa yang terjadi dengan diri manusia yang di dalamnya yang sebenarnya? Mungkin everything kelihatan baik dan sangat baik, tapi how about the inner? Tak ada manusia yang tahu mengenai hati manusia itu. Bahkan orang itu sendiripun tidak tahu benar mengenai keberadaan innernya dia. Dari sini saya belajar bahwa betapa sangat terbatasnya manusia.

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata,  tetapi TUHAN melihat hati. 1 samuel 16:7

So, Apa yang mempengaruhi inner life kita? Inner life kita banyak dipengaruhi oleh kehidupan masa lalu. Masa lalu telah membentuk kehidupan kita, tapi kita tidak boleh hidup di masa lalu. Kita harus MENYADARI PENGARUH  dari masa lalu yang membentuk hidup kita dan MELEPASKAN PENGARUH buruknya terhadap kehidupan kita di masa kini?

Ada satu pembelajaran lagi bagi saya hal ini sepertinya merupakan hal yang sudah biasa kita dengar, hanya saja dibahasakan dalam bahasa psikologi yang lebih apik.. hehe…

Inner Child of The Past Concept
Konsep Inner child of The Past ini memberitahu kita bahwa Siapa kita semasa kecil, itu akan secara kontinu ada di dalam diri kita. Bagaimana kita diperlakukan oleh orangtua kita semasa kecil, begitu jugalah kita memperlakukan diri kita sendiri.

Pola emosi di masa lalu secara kontinu mewarnai kehidupan kita saat ini. Begitu juga dengan pola relasi kita yang berkaitan dengan orangtua di masa lalu akan secara kontinu mewarnai kehidupan kita saat ini juga. Sebenarnya masih ada beberapa pola lainnya yang juga ikut terpengaruh misalnya pola kebiasaan, pola kerja, dll.

Bagaimana cara memahami pola emosi pada konsep inner child of the past ini?
Kita ambil satu case misal seorang anak yang setiap kali stress atau tertekan, akan muncul perasaan takut maka perilaku yang biasa anak itu lakukan adalah menyendiri, menghindar, mengisolasi diri di kamarnya, so paradigma yang muncul adalah “saya seorang pecundang”. Maka ketika dewasa nanti sewaktu dia menghadapai masalah atau tekanan di tempat kerja maupun pelayanan maka sikap yang akan muncul adalah ia tidak mau ketemu siapapun, tidak mau menjawab telepon, terutama telpon dari orang yang menurut dia akan menambah beban tekanannya.

Dari sini saya belajar bagaimana sebuah keluarga melakukan pola asuh pada anaknya ternyata cukup signifikan dalam perkembangan anak tersebut dan membentuk paradigma anak tersebut terhadap dirinya.

Berikut beberapa jenis pola asuh : (*pola asuh berikut adalah pola asuh yang ekstrim)

Pola Asuh
Inner child
Perfectionist
Orangtua yang penuh tuntutan akan kesempurnaan
Saya belum cukup baik, masih ada yang kurang, saya tidak pernah puas

Overcoercion
Orangtua yang selalu mengatur semua kebutuhan anak
Ada 3 ekstrim yang mungkin muncul :
- Tunduk penuh, pasif
- Pasif agresif, suka menunda-nunda, suka marah tapi diam-diam.
- Sangat agresif, menolak otoritas, mudah marah terhadap siswa yang berusaha mengaturnya


Overindulgence
Orangtua yang melimpahi anaknya dengan materi dan perhatian yang berlebihan
Saya tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu,
Mudah memanjakan diri, 
Mudah bosan

Hypochondriasis
Orangtua yang sering menunjukkan kecemasan yang berlebihan terhadap penyakit

Sering merasa sakit, mudah lelah,
Sakit yang tidak terlalu parah tapi dibawa dengan sikap lebay
Punitiveness
Orangtua yang sering menghukum secara fisik dan mental
Anak akan suka merasa bersalah tanpa ada suatu sebab yang jelas, atau mudah membenci diri dan orang lain, atau ada kemarahan dalam diri

Neglect
Orangtua yang mengabaikan anaknya (kehilangan kasih sayang dan perhatian)
Sering merasa kesepian
Sering mengabaikan dirinya
Sering merasa kosong
Sering takut untuk ditinggalkan atau diabaikan, sulit intim secara emosional

Rejection
Orangtua yang menolak kehadiran anak ( anak dianggap dan diperlakukan sebagai beban, gangguan, hambatan, sumber masalah)

Merasa tidak layak dicintai, tidak berharga
Mudah curiga terhadap motif orang lain
Mudah tersinggung
Oversubmissive
Orangtua yang selalu mengikuti kemauan anak
Saya orang yang penting, jadi pusat perhatian,
Egois, suka memaksakan keinginannya, implusif

Setelah mendengarkan penjelasan hal tersebut muncul dalam benak saya, apakah inner child of past seseorang atau paradigm atau bahasa kerennya worldview seseorang terhadap dirinya dapat diubah??

Emm.. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.. Amsal 4:23

Above all else, guard your heart, for it is the wellspring of life. Amsal 4:23 (NIV)

Saya pikir jawabannya BISA.. walaupun mungkin rasanya sulit dan perlu waktu serta kerendahan hati untuk mau berubah sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Ada beberapa langkah yang dianjurkan untuk pemulihan :
  1. Identifikasi pola emosi dan relasi di masa lalu.
  2. Kenalilah “inner child of the past”
  3. Akui dan terimalah inner child of the past tersebut, BUT tempatkan dia pada tempat yang benar, jangan sampai itu menguasai pola dewasa kita.
  4. Kembangkan respon baru yang benar dan tepat sesuai dengan Firman Tuhan, jika butuh konseling dengan orang yang lebih dewasa rohani.
  5. Humble untuk mau dibentuk Tuhan.
Dalam perenungan saya sebagai pendidik, saya mendapati bahwa betapa besar dan signifikannya peran keluarga dalam mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan seorang anak. Walaupun peran pendidik hanya beberapa jam saja dengan anak-anak, tapi berada di dunia tersebut membuat saya dapat menemukan beribu-ribu karakter entah itu yang baik maupun yang tidak baik, entah itu yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan atau menyebalkan sekalipun hal itu uniqe bagi saya. Bahkan dalam pengalaman saya, saya pernah menemukan ada anak-anak yang tumbuh seperti table diatas, fuhh.. jadi tau dan semakin menarik buat saya untuk mencari tahu kondisi keluarga mereka, hehe. Dari situ saya belajar bagaimana membawa mereka pada yang Benar The Righteousnes. Mendekati mereka secara personal dan mendoakan mereka agar dalam masa child mereka, mereka menemukan dan mendapatkan inner child yang baik.

Welcome back to God’s character school ^.^ ... 
Selamat belajar dan menemukan siapa anda sebenarnya, 'n remember 1Samuel 16:7

“Yang terpenting bukan apa yang kita lakukan tetapi siapa kita dihadapan Tuhan”  

Tidak ada komentar: