Hari ini menjadi hari “eben
heazer” saya. Hari peringatan yang pasti tidak akan pernah saya lupakan seumur
hidup saya. Suatu pengalaman yang sangat berharga untuk dapat saya lupakan.
Setelah kurang lebih 3 bulan
berada di tempat baru ini. inilah saatnya untuk kami memasuki minggu-minggu
UTS. Minggu yang penuh dengan hafalan, analisa dan buku dimana-dimana.
Hari ini hari dimana saya dan
teman-teman harus menghadapi test kitab Lukas
dengan tipe soal yang kami tidak prediksi. Sebagaimana seharusnya
sebagai mahasiswa kami belajar untuk bisa mempersiapkan diri kami menguasai
kitab Lukas ini. Menghafal perikop demi perikop, menghafal hal-hal detail yang
ada di kitab Lukas ini. Namun satu hal yang saya rasakan, begitu sulitnya untuk
dapat memahami kitab Lukas ini. Ntahlah, mungkin banyak faktor yang
mempengaruhi. Mungkin saya yang bergitu kelelahan karena sebelum-sebelumnya ada
2 test yang sedang saya persiapkan sehingga waktu untuk dapat belajar kitab
Lukas ini sedikit, sehingga saya tidak terlalu mengerti. Atau memang kitab
Lukas ini kitab yang sulit untuk saya mengerti karena rasanya kitab ini tidak
sekronologis kitab Matius dan Markus yang rasanya lebih mudah untuk dipahami. Ini
kitab Sinoptik yang paling panjang >.<” pusingg dah..
Waktunya mengikuti kuliah,
setelah kuliah, jadwalnya untuk ulangan setelah makan siang.
Ketika belajar di kelas, dosen
kami bertanya bagaimana persiapan kami untuk ulangan kitab Lukas nanti. Banyak komentar
dari teman-teman, yang saya dengar kurang lebih merasakan hal yang sama. *hehehe Walaupun mereka mengalami
kesulitan yang berbeda masing-masing.
Hal yang membuat kami berrefleksi
sewaktu kami belajar tentang perumpamaan Anak Yang Hilang (Luk 15) Banyak hal
yang dibahas disana yang membuat saya secara pribadi kembali merenung dan
berpikir. Untuk apa perikop itu ditulis di kitab ini?
Satu hal yang sangat menyentuh
hati kitab ini ditulis Lukas karena Lukas ingin menyatakan bahwa anugrah keselamatan
itu untuk universal. Namun kadangkala kita yang tidak pernah sadar diri. Ntah
kita sebagai anak bungsu maupun anak sulung kita seringkali tidak SADAR DIRI
bahwa betapa besar kasih Bapa buat anak-anak-Nya. Bapa lari ketika melihat anaknya
yang “lost” itu baru saja kelihatan dari jauh si Bapa. Perumpamaan ini
merupakan seakan-akan perumpamaan trilogy dengan perikop sebelumnya. Dimana betapa
konsennya si gembala untuk meninggalkan 99 dombanya demi 1 domba. Bukan berarti
kasih si gembala lebih besar ke 1 domba daripada 99 deomba. Tapi betapa yang
hilang itu akan dicari-cari oleh gembala sampai ketemu. Yang hilang itu tidak akan
dibiarkan gembala sendirian.
Kemudian dosen kami mengajak kami
untuk melihat bagaimana “ketika Allah lari”.
Setelah melihat itu kami diajak
berdoa bersama bersyukur akan Kasih Allah yang begitu besar buat setiap kita, bersyukur kita yang tidak
layak ini berada dalam kasihNya. Kemudian kami diajak berdoa untuk menyerahkan
pergumulan kami masing-masing kepada Tuhan dan mempercayakannya kepada Tuhan
karena kami tidak pernah sendirian.
Setelah itu dosen kami berkata “ulangan
Lukas hari ini saya 100 kan semua dan selamat istirahat. Berjumpa minggu depan”.
sambil merapikan buku-bukunya.
.....……………………………………………………. *
speechless
Tidak ada kata kata yang dapat
keluar, semua shock, semua kaget, semua nangis seakan-akan tidak percaya.. *Mungkin ini ekspresi yang sama ketika Zakharia
bertemu malaikat Tuhan ketika tugas imamnya (Luk 1 )
............Shocked, terkejut, tidak
percaya, bersyukur plus nangis… *jadi satu semua.
Terlintas dalam pikiran saya “Tuhan inikah rasanya Anugerah? Inikah yang namanya Belas Kasihan?”
Dan kata yang keluar adalah “Thank
You Lord. It is a Grace and Mercy for me.”
Melihat teman-teman semua ada yang
nangis , ada yang shocked. Sedangkan saya sendiri juga seakan-akan masih kaget
beneran bercampur syukur bercampur bahagia. Saya pulang kembali ke kost saya
dengan sambil termenung dan bertanya :
Tuhan ini bener-bener Anugerah,
tidak hanya Anugerah lepas dari ujian Lukas, tapi kami bener-bener belajar
apa itu artinya : Anugerah dan Belas Kasihan.
Sambil jalan pulang ke kostan, saya sambil berpikir,
apakah sebenarnya saya layak mendapatkan ini? toh ulangan saya tidak
banyak-banyak banget, seharusnya masih bisa atur waktu dengan lebih bijak lagi. Apakah
ini layak buat saya?
Sesampai di kost saya langsung
masuk kamar dan berdoa. :
Sungguh bersyukur sekali ya Tuhan
buat pembelajaran hari ini. Inilah Anugerah, ini benar-benar Anugerah. Bukan hanya Anugerah lepas dari ulangan Lukas, tapi ini Anugerah yang bagi saya, saya belajar arti sesungguhnya sebuah Anugerah. Ketika saya mencoba merenungkannya pada panggilan Tuhan,
saya menjadi semakin malu dengan Tuhan. Sapa saya sehingga Ia mau panggil saya? siapa saya sehingga Ia mau pilih saya??. Siapa saya sampai Ia mau pakai saya???. >.< Jika
Tuhan mau pakai saya jadi alatNya itu semata-mata hanya Anugerah Tuhan dan
Belas Kasihan Tuhan pada saya. Saya belajar semakin saya menyadari Anugerah Tuhan, semakin saya sadar bahwa saya sebenarnya tidak layak untuk Anugerah itu. Saya sangat tidak layak. Saya mendapatkannya hanya karena saya dilayakkan olehNya. Saya hamba dan Ia Tuan. *saya kudu sadar diri! Dan ketika saya coba renungkan dengan Anugerah
keselamatan. Saya sadar bahwa saya adalah orang yang sebenarnya sangat tidak layak untuk
mendapatkan itu. Jika saya dapat, itu semat-mata hanya karena belas
kasihanNya. Sempat saya berpikir kenapa saya bisa dilayakkan Tuhan ya? Apa yang
ada pada saya sehingga bisa diberikan belas kasihan tersebut? TIDAK ada!. Tidak ada satu kriteriapun yang dapat digunakan untuk
menjawab itu. Itu karena Tuhan, Ya, saya dilayakkan itu karena Ia adalah Tuhan yang menganugerahkan
belas kasihanNya.
Sungguh sungguh sungguh bersyukur
ya Tuhan… bersyukur untuk kembali dimengertikan
akan arti ANUGERAH itu. Bersyukur dapat dilayakkan menerima Anugerah. Bersyukur
jika saya punya Allah seperti Allah dengan pribadi dan KaryaNya yang luar biasa.
Thank You Lord, it's only by Your Grace and Your Mercy...
-d^^-